opini:
Oleh: Mahdi
Dalam dunia jurnalistik, ada satu prinsip sederhana: fakta tak mengenal rasa tersinggung. Kita tayang berita karena data, bukan karena dendam. Tapi anehnya, selalu ada yang merasa disenggol, padahal kita tak pernah sebut nama. Mengapa? Mungkin karena dia sedang duduk di pangkuan masalah yang kita sorot.
Belakangan ini, ada seseorang yang mendadak gelisah. Sebuah berita tayang, kasus terangkat, lalu dia menggonggong seperti penjaga yang dibangunkan tengah malam. Padahal, tak ada yang memanggil namanya. Tapi dia merasa tersindir. Lucu, bukan?
Yang lebih lucu lagi, semua orang tahu: dia memang yang pasang badan untuk orang yang berkasus. Bahasa halusnya: “backup.” Bahasa kasarnya? Ya, sudah masuk angin, disetel, dan disumpal. Tapi tak cukup sampai di situ. Ketika opini muncul, yang tujuannya menampar sistem, dia ikut teriak seolah pipinya yang ditampar. Berarti apa? Dia adalah bagian dari sistem itu.
Kalau bukan cermin retak, mengapa marah saat diseka? Kalau bukan pelaku, mengapa gelisah saat lampu sorot menyala?
Ada satu rumus sederhana dalam hidup: orang jujur tak pernah takut berita. Yang takut berita adalah mereka yang punya dosa, tapi belum sempat tobat. Dan yang merasa tersindir oleh opini, biasanya bukan pembaca kritis, tapi pelaku pasif yang terlalu sering main dua kaki: satu di ruang publik, satu di belakang layar.
Kami di media hanya memegang satu hal: integritas. Tugas kami bukan menyenangkan semua pihak. Justru saat ada yang tak nyaman, berarti berita kami menekan titik yang tepat. Dan kalau opini kami menggugah seseorang sampai menggonggong di luar jalur, itu pertanda opini kami berhasil.
Bro, ini bukan soal pribadi. Ini soal publik. Kalau kamu merasa tersindir, tanyakan dulu ke hatimu: kamu benar-benar tak terlibat, atau kamu hanya pura-pura bersih di hadapan publik, sementara di belakang kamu sedang hitung-hitungan?
Karena yang takut pada opini, biasanya sedang sembunyi dari kenyataan. Dan yang sibuk menggonggong saat berita tayang, biasanya sedang melindungi sesuatu yang bau.
Jadi, kalau tak ingin disindir, jangan jadi bayangan dalam kasus. Kalau tak ingin disebut, jangan berdiri di belakang pelaku. Dan kalau tak ingin jadi sorotan, jangan main mata dengan gelap.
Kami hanya membawa cahaya. Kalau kamu kepanasan, mungkin karena kamu terlalu dekat dengan api.(*)
Posting Komentar