KABEREH NEWS | JAKARTA – Innalillahi Wa Inn Ilaihi Raji’un, Kabar duka atas meninggalnya Tu Sop atau yang memiliki nama lengkap Teungku Muhammad Yusuf A Wahab menyelimuti warga Aceh. Berbagai platform media pun ramai memberitakan berita duka atas kepulangan sosok ulama yang sering berdakwah di platform Yadara TV ini.
Ayah Sop adalah salah satu ulama Aceh yang terkemuka bahkan Tu Sop merupakan salah satu calon wakil gubernur Aceh dengan pasangan calon gubernur Bustami dengan jargon ‘OM BUS – TU SOP’ pada pilkada Aceh mendatang untuk periode 2025 -2030.
Melansir HabaAceh.id, Zulfikar salah satu kerabat dekat Tu Sop membenarkan pemberitaan terkait meninggalnya sosok ulama kharismatik Aceh ini di Jakarta.
“Ia benar (Abu Tu Sop meninggal),” kata Zulfikar, saat dihubungi HabaAceh.id, Sabtu (7/9/2924).
Menurut Zulfikar, Tu Sop yang merupakan Calon Wakil Gubernur Aceh, meninggal sekitar pukul 09.00 WIB di salah satu rumah sakit di Jakarta.
Rencananya, ulama Aceh asal Bireuen kelahiran 1964 di Desa Blang Me Barat, Kecamatan Jeunieb, Bireuen itu akan dikebumikan di Jeunieb.
“Abu meninggal sekitar pukul 9.00 WIB di RS Jakarta, almarhum akan segera dipulangkan, ini kita sedang monitor lewat mana dipulangkan, apakah lewat Medan atau Banda Aceh, dan Abu rencana dimakamkan di Jeunib,” pungkasnya.
Tu Sop adalah nama panggilan untuk seorang ulama Aceh yang memiliki nama asli Tgk. H. Muhammad Yusuf bin A. Wahab. Saat ini, seperti dikutip dari buku ‘Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb”, selain memimpin dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, Tu Sop juga menjabat sebagai Ketua terpilih Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) periode 2018-2023, sebuah organisasi yang menaungi ulama-ulama pimpinan dayah Salafiyah (baca: tradisional) di Aceh.
Tu Sop dilahirkan di Desa Blang Me Barat, Kecamatan Jeunieb, Bireuen pada tahun 1964 dari pasangan Tgk H. Abdul Wahab bin Hasballah dan Hj. Zainab binti Muhammad Shaleh. Menurut dokumen resmi[1], Tgk H. Abdul Wahab bin Hasballah sendiri juga merupakan salah satu ulama Aceh yang dikenal sebagai tokoh dayah yang banyak memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan Bireuen. Tu Sop memiliki empat bersaudara. Hj. Hasanah (Istri pimpinan dayah Asasul Islamiah, Perlak), Tgk H. M. Hasan A Wahab (pimpinan dayah Babussalam Al-Aziziyah Putri, Jeunieb) dan Hj. Halimah (Istri pimpinan dayah Darussalamah Al-Aziziyah, Jeunieb).
Masih dalam dokumen yang sama, disebutkan bahwa Tu Sop mulai belajar pada Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Jeunieb pada tahun 1970. Setelah menamatkannya pada tahun 1976, ia melanjutkan pendidikan menengah pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Jeunieb.
Riwayat pendidikan beliau cukup menarik, dari santri dayah belajar hingga ke para Syaikh di Mekkah Al-Mukarramah, Saudi Arabia. Ceritanya berawal, bersamaan dengan belajar di SMP Jeunieb, Tu Sop juga aktif belajar pengetahuan dasar Islam di Dayah Darul Atiq Putra Jeunieb. Setelah menyelesaikan sekolah menengahnya pada tahun 1980, beliau kemudian masuk ke Dayah MUDI Mesra, Mideun Jok, Kec. Samalanga, Kab. Bireuen. Di Dayah MUDI Mesra, belajar pada banyak guru dan pada 1985, sambil belajar beliau sudah mulai mengajar di dayah tersebut.
Setelah beberapa lama belajar dan mengajar di dayah pimpinan Ulama Kharismatik, Abon Samalanga tersebut, pada tahun 1993 Tu Sop berangkat ke Mekkah Al-Mukarramah untuk memperdalam ilmu agama selama 4 (empat) tahun kepada ulama terkenal yang mengajar di Masjidil Haram. Di sana, Tu Sop belajar pada Syeikh Sayed Muhammad Ali, seorang ulama sufi Mekkah bermazhab Maliki, selama empat tahun.
Pada tahun 1997 pulang dari Mekkah dan kembali mengabdi di Dayah MUDI Mesra. Pada pertengahan tahun 2001 ia secara resmi memimpin Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Kecamatan Jeunieb, Bireuen. Kepemimpinan beliau di dayah ini adalah melanjutkan kepemimpinan ayahanda beliau yang saat itu ingin memfokuskan diri pada dayah Babussalam Putri yang kompleknya juga tidak berjauhan dari komplek dayah Babussalam Al-Aziziyah (Putra)
Selain menjabat sebagai Ketua HUDA dan memimpin secara aktif Dayah Babussalam Al-Aziziyah di Jeuneiub, Tu Sop juga tercatat sebagai Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) yang fokus pada gerakan sosial[2], antara lain membangun rumah dhuafa yang saat ini telah dibangun mencapai 65 unit rumah layak huni bagi kaum dhuafa di seluruh Aceh.
Meskipun jumlahnya belum terlalu banyak, tapi gerakan ini terus membesar dan menjadi solusi atas segudang persoalan kemiskinan yang dihadapi bangsa Aceh dewasa ini. Gerakan ini akan menemani gerakan sosial lainnya yang lebih duluan muncul dalam kerangka “berlomba-lomba dalam kebaikan”, sesuai visi Tu Sop sendiri.
Proses pembangunan rumah dhuafa ini dilakukan dengan cara mengumpulkan donasi dari para jama’ah pengajiannya. Selain itu, donasinya juga dikumpulkan oleh para relawan BMU yang tergabung dalam Gerakan Peduli Ummat (GPU) dari para dermawan lainnya. GPU sendiri diketuai oleh Murthala sedangkan BMU diketuai oleh ulama muda yang akrab disapa Abiya Rauhul.
Sebagai Imam Besar di BMU, Tu Sop menjadi tokoh sentral yang berperan sebagai penggerak roda organisasi sosial ini. Beliau mendorong dan memotivasi para relawan untuk terus menerus melakukan gerakan sosial mengumpulkan donasi untuk membangun rumah dhuafa.
Dalam bidang keagamaan, Tu Sop aktif mengisi pengajian di berbagai tempat. Lintas kabupaten dan provinsi. Bahkan beliau tidak jarang juga diundang oleh masyarakat Aceh di Pulau Jawa dan Malaysia untuk mengisi pengajian dan memberikan tausyiah-tausyiah agama Islam. Baik pengajian dengan afiliasi Majelis Tastafi, Sirul Mubtadin, atau dengan nama-nama yang lain. Bahkan Tu Sop juga diundang mengisi pengajian majelis Jama’ah Tabligh dan pengajian organisasi Hidayatullah yang merupakan organisasi keagamaan berbasis nasional. (Redaksi1)
Posting Komentar