Begini Tanggapan Prof. Dr. TM. Jamil, M.Si, Pengamat Politik - Akademisi USK, SEBAIKNYA KONSULTASI DENGAN PARPOL PENGUSUNG DAN TOKOH ULAMA, SEBAGAI PENGGANTI CAWAGUB UNTUK BUSTAMI HAMZAH DALAM PILKADA ACEH 2024


SEHUBUNGAN dengan wafatnya Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (atau populer dengan panggilan Tu Sop) karena sakit, 07/09/2024, sebagai Cawagub dari Cagub Bustami Hamzah, SE, maka wartawan media ini berusaha untuk menghubungi Prof. TM. Jamil, untuk meminta komentar dan tanggapannya, agar warga masyarakat mendapatkan pencerahan dan kepastian dari proses politik pelaksanaan Pilkada Aceh 2024 yang waktunya semakin mendekat. Berikut ini akan kami tampilkan tanggapan dari hasil wawancara tersebut.

Ya, dalam kacamata politik, "sepengetahuan saya, proses pencalonan kepala daerah (Cagub/Cabup dan Cawalkot, juga Wakilnya) itu karena salah satu pasangan berhalangan tetap baik itu dalam keadaan sakit berat atau meninggal dunia, masih memungkinkan untuk diganti atau diusulkan orang lain sebelum tanggal penetapan Calon Tetap oleh KIP/KPU. Maka menurut saya, Pak Bustami Hamzah masih bisa mengajukan Cawagubnya sampai tanggal 15 September 2024, jadi masih ada waktu sekitar 6 hari lagi ke depan", ungkap Prof. TM.

Sementara soal tehnis, saya pikir "silakan di konsultasi dengan pihak KIP sebagai penyelenggara pilkada Aceh dan ini penting untuk segera dilakukan, lanjut Pak TM. 

Oleh karena itu, Parpol pengusung Cagub Bustami Hamzah segera menindaklanjuti kondisi ini agar tidak muncul berbagai ragam tafsir dan ketidaknyamanan para pendukungnya dalam masyarakat, pesan Pak TM.

Bagi saya, itu bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Yang penting bangun komunikasi dengan berbagai pihak bisa terus ditingkatkan. Sehingga kita berharap pilkada Aceh 2024 sebagai pesta rakyat dapat dilaksanakan dengan baik, lancar dan sukses untuk semuanya, kata Prof. TM.

Nah, ketika kami mencoba untuk meminta pendapat dan sarannya Prof. TM, tentang siapa sosok Cawagub pengganti Almarhum Tu Sop yang tepat untuk mendampingi Pak Bustami Hamzah? 

Prof. TM, sejenak terdiam, terkesan sekali di wajahnya sangat sulit dan terasa berat untuk menjawabnya. Namun beberapa saat kemudian sambil berpikir, Pak TM mencoba untuk merespon pertanyaan kami dengan sangat hati-hati, mungkin agar tidak ada pihak yang tersakiti, tak dihargai dan merasa diperlakukan tak adil.

Baik, Saya pikir soal ini sebaiknya, Cagub Pak Bustami Hamzah, bisa berkonsultasi dan berkomunikasi dengan Parpol pengusungnya dan juga dengan para tokoh ulama yang dulu ikut merekomendasikan Almarhum Tu Sop sebagai Cawagubnya. Saya pikir, cara seperti jauh lebih bijak, santun dan beradab. Sehingga nanti semua pihak ikut terlibat aktif dan berusaha dengan serius untuk membantu kemenangannya, ungkapnya. Kami merasa sungguh bijak juga pesan dan harapan dari Pak TM.

Namun, kami belum puas juga terhadap jawaban dari Prof TM itu, dan kami terus bertanya, siapa ya kira-kira orangnya?

Lalu Pak TM, sambil tersenyum menjawab dengan sedikit bercanda, ya kalau terus ditanya takut nanti saya yang disalahkan ketika menyebut orang dan Pak Bustami kalah ... beliau tertawa lepas dan kami pun ikut tertawa.

Kemudian, Prof TM dengan wajah serius beliau berkata, ya kalau menurut saya, sebaiknya sebagai pengganti Tu Sop haruslah orang yang lebih atau setidaknya sama dengan beliau baik dari segi ilmu, maupun wawasan dan yang paling penting ketokohan serta sumber pengaruhnya. Ingat lho, ini kontestasi dan persaingan, tentu rakyat akan memilih orang yang terbaik dari yang baik-baik, ucapnya. 

Jadi saran saya, sebaiknya Pak Bustami harus membuka diri dan mau berkompromi dengan Parpol pengusung, sekaligus Pak Bus harus lebih banyak "mendengar" daripada "memaksa diri" untuk mengusulkan orangnya sendiri, jika ingin menang, pesan Prof. TM.

Dengan demikian, sebaiknya pilihlah orang yang cerdas, bijak, dan berpengaruh dalam masyarakat, terutama dari unsur ulama dan para akademisi baik yang senior maupun yang masih berusia muda. Bukankah beberapa waktu yang lalu juga kita telah lihat banyak orang telah mendaftarkan diri ke Parpol, namun mereka tak diusung kan? Begitu juga orang dari pihak Parpol sendiri, tentunya mereka juga punya massa dan pengaruh yang luar biasa, Ucap Pak TM.

Saya pikir, inilah cara yang terbaik dan mungkin dilakukan oleh Pak Bustami saat ini, tanpa harus menghabiskan waktu dan tenaga lagi untuk berpikir. Kita berharap Aceh ke depan akan lebih baik, siapapun calonnya yang terpilih dan itulah pemimpin kita bersama, pinta Prof.TM.

Di Akhir wawancara, Prof. TM mengajak kita semua untuk saling menghargai sesama pendukung, sehingga Aceh damai. Teriring do'a mari kita panjatkan kepada Allah Swt agar Almarhum Tu Sop sebagai maha guru kita dengan niat mulia untuk membangun Aceh, meski belum terwujud, hendaknya mendapatkan tempat yang baik dan terindah disisi-Nya, tutup Prof. TM. (Redaksi1)

0/Post a Comment/Comments