Pesta Pilkada Serentak Aceh 2024 segera dimulai. Menjelang Masa Pendaftaran Calon Kepala Daerah, Cagub/Cabup dan Cawalkot, Tanggal 27 - 29 Agustus 2024 ini, Media ini mencoba untuk menghubungi Prof. TM. Jamil, Pengamat Politik dan Akademisi USK, untuk diminta tanggapan, khususnya tentang Cagub dan Cawagubnya. Dalam bincang-bincang kami, berikut ini laporannya.
Menurut Prof. TM, apa tanggapannya tentang deklarasi Calon dan prediksinya berapa pasangan yang mungkin akan muncul dalam kontestasi di Pilkada Aceh tahun ini?. Beriring dengan itu, Prof. TM mengatakan ; Ya sudah sama-sama lihat, dengar dan ikuti tentang deklarasi khususnya Cagub dan Cawagub Muzakkir Manaf dan Fadhlullah, Alhamdulillah semuanya sudah berjalan dengan baik, tentu segala dinamikanya ..." Sebetulnya lanjut Pak TM, bagi kita sebagai rakyat tak terlalu penting soal gebyar-gebyar itu. Yang penting, semua pihak lebih bijak dan santun dalam membuat pernyataannya. Jangan sampai ada kata-kata yang melecehkan atau tak bisa menghargai pasangan atau Calon lain. "Saya pikir, itu yang terpenting. Karena jika hal ini terabaikan akan tak baik prosesnya ke depan."
Bayangkan, misalnya jika ada Calon melecehkan orang lain tentu timses dan pendukungnya lebih fatal lagi kan? Dan syukur, semua itu baik-baik saja. Ini awal yang indah menuju ke depan.
Sementara itu, kita juga belum tahu siapa saja yang akan menjadi Cagub lain dan mendaftarkan diri ke KIP Aceh. Namun dari bisik-bisik dan informasi yang beredar, agaknya Pasangan Bustami Hamzah & Tgk. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop) juga akan mendaftar, karena sudah didukung oleh Parpol Nasdem dan Partai Golkar. Saya kira, ini menarik juga karena merupakan perpaduan antara Birokrat karir dan Ulama. Begitu juga pasangan Muzakkir Manaf dan Fadhlullah juga perpaduan dari dua Parpol, yaitu Partai Aceh (Parlok) dan Partai Gerindra (Parnas). Biarlah semua itu rakyat sebagai pemilik suara yang akan menilai dan menentukan pilihan pada saatnya nanti.
Lebih lanjut, Prof. TM berharap agar Calon dan timsesnya dapat menjaga kedamaian dan kesejukan dalam masyarakat, ini berlalu untuk semua calon kepala daerah yang bakal bersaing. "Jangan sampai antar pendukung saling menghina via sosmed. Bahkan ada yang terjadi di hampir GWA Timses para pendukung saling menjelekan, nah itu tidak baik dalam berdemokrasi. Anehnya lagi ada anggota Group WA yang dikeluarkan karena berbeda pendapat." Aneh, bukan? Terkesan sekali cara berpikirnya kekanak-kanakan dan kampungan. Jika ini sampai terjadi, siapa yang rugi? tanya Prof. TM. Ya, pastilah yang rugi adalah para Calon/Kandidat karena bagi rakyat akan muncul antipati dan menarik dukungannya. Kasihan Calon, jika itu terjadi, sementara dia sendiri tak pernah tahu. Untuk itu, berjiwa besarlah dalam merespon bagi para pendukung masing-masing ... ucap Prof. TM.
Nah, soal berapa pasangan Cagub yang mungkin muncul, Prof.TM, tidak menjawab secara pasti. Beliau hanya mengatakan, sebaiknya Ada 3 atau 4 pasangan yang muncul agar rakyat punya banyak pilihan, sehingga kita akan mendapatkan pemimpin yang "terbaik" di antara yang baik-baik, kata Prof. TM.
Bukankah Masih ada Kandidat lain yang juga telah mendaftar ke Parpol? Seperti Partai Demokrat, PAN, PDA, P3, PKB, dan lain-lain. Mestinya Parpol ini harus juga berani untuk mengusung calonnya sendiri. Jangan hanya dulu membuka pendaftaran, setelah orang mendaftar lalu tak menghargainya. Tak bijak itu, hanya memberikan harapan palsu saja. Dan cara seperti ini tak baik untuk pendidikan politik rakyat. Kasihan dong, mereka sebagai kandidat telah menghabiskan banyak waktu, tenaga dan bahkan dana. Sungguh menyedihkan. Ini penting menjadi pertimbangan bagi Parpol jangan terkesan mereka diatur pihak lain atau takut dengan pusat. Tunjukkanlah anda bebas dan merdeka dalam bersikap, kata Pak TM.
Lebih-lebih lagi kita melaksanakan pesta demokrasi ini berdasarkan Qanun Pilkada Aceh, bukan berdasarkan UU Pemilu Nasional. Ini yang harus dimengerti oleh semua rakyat, termasuk Anggota KIP Aceh, kata Prof. TM.
Bahkan Pak TM berharap, kepada penyelenggara, masih bisa dan dimungkinkan untuk ada Calon Independen agar kekhususan Aceh terlihat nyata. Nah, mungkinkah itu, tanya Pak TM? Jika tidak bisa, kenapa itu terjadi?. Jangan-jangan Anggota KIP lupa ini Pilkada Aceh, bukan Pemilu Nasional, ungkap Prof. TM sambil tersenyum.
Akhirnya, Prof TM, menyebutkan semoga saja proses pendaftaran, penetapan calon kepala daerah di seluruh Aceh dan pemungutan suara nanti dapat berjalan dengan baik, lancar, sukses dan damai. Itu semua bisa terjadi jika semua pihak bersikap dan bertindak dewasa dalam berdemokrasi. Tak egois, arogan dan sombong, tutup Prof. TM.
Posting Komentar