GELAP, LEBIH BAIK NYALAKAN LILIN

Oleh: Noorhalis Majid

GELAP, LEBIH BAIK NYALAKAN LILIN

Sekarang ini semua tata kelola sudah rusak, tidak bersisa lagi, semuanya hampir tidak didasari tata nilai. Lihat saja, di politik sudah “camuh kada kakaruan tampuh”. Di birokrasi, korupsi dan penyalahgunaan wewenang tidak pernah surut. Bahkan di dunia pendidikan, ada banyak kepalsuan, termasuk doktor dan profesor palsu, kata seorang kawan menyampaikan kekecewaannya pada satu diskusi dengan nada lantang.

Mendengar itu, saya meresponnya dengan menyitir peribahasa yang sangat populer, bunyinya ‘lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan’. Bahkan begitu populernya, Presiden Amerika John F Kennedy pernah menggunakan peribahasa tersebut dalam pidatonya.

Dari pada mengeluh menggunungnya sampah di berbagai tempat, lebih baik bersihkan lingkungan tempat tinggal masing-masing agar tidak ada sampah barang secuil pun. 

Dari pada sedih soal masifnya pragmatisme warga menghadapi Pilkada, lebih baik menentukan sikap untuk tetap komit menolak money politik dengan segala praktiknya. 

Sebagai pengurus partai juga demikian, di tengah politik dagang sapi tanpa kesetiaan, lebih baik meneguhkan komitmen untuk tetap berpolitik bersih. Pun para birokrat, dari pada memaki praktik korupsi dan manipulasi anggaran yang merata, lebih baik menguatkan integritas diri sendiri, tidak turut tergoda korupsi walau setitik pun. 

Yakinlah masih banyak orang baik, masih banyak yang memiliki integritas, dan semua yang baik dan berintegritas tersebut tersebar di banyak tempat. Hanya saja tidak terlihat, karena ketika terlihat, justru dianggap naif, dikatakan lugu, bodoh, kurang pergaulan. Padahal yang benar mestinya seperti itu. 

Walau seluruh kampung kelakuannya buruk, mencuri, merampok, menggarong dan mengambil barang orang secara tidak halal, kita tetap pada keyakinan bahwa mencuri itu salah, jahat dan tidak benar. Bersamaan itu berani menyuarakannya, sebagai cara menyalakan sebatang lilin di tengah kegelapan. (nm)

0/Post a Comment/Comments