Kaberehnews.online | Bandung - Diduga penyusup, salah seorang oknum Pengurus HMI Cabang Bandung memakai kalung salib.
Hal tersebut kini tengah beredar di media sosial terutama di kalangan HMI se Indonesia.
Berdasarkan sebuah cuplikan video viral salah seorang oknum yang diduga penyusup ini hadir di acara pelantikan Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandung, Minggu, (31/7/2022).
Pria tersebut mengenakan kemeja putih dan gordon HMI dengan warna ciri khas hijau hitam.
Kemudian pria itu, dipanggil oleh senior HMI, Aceng Roni Sya’bana, di lokasi acara pelantikan dan diminta untuk menyerahkan kalung salib yang ketahuan dipakainya.
Sebagaimana diketahui, HMI merupakan organisasi berbasis Islam dan tertua di Indonesia.
Syarat menjadi anggota HMI salah satunya harus beragama Muslim.
“Ada kalungnya gak? ada kalungnya, coba-coba sini sini, nah,” ujar Aceng yang diduga senior HMI itu meminta oknum pengurus membuka kalung salib yang dikenakannya.
“Bukan emas kan? Yaudah jalan sana!,” tanyaknya.
Kemudian, ia yang menyita kalung itu dan berbicara mengenai oknum itu yang memakai kalung salib.
“Ini ada pengurus baru HMI, baru dilantik, ia memakai kalung salib, tugas kita bersama ini,” ujarnya.
Namun, sampai berita ini ditanyakan masih belum ditemukan tanggapan dari pihak HMI Cabang Bandung terkait video itu.
Video itu menyebar luar di sosial media, terutama twitter, banyak pengguna twitter yang membagikan video itu dan mencurigai bahwa oknum itu adalah penyusup.
Banyak yang menyikapi kejadian tersebut. Termasuk salah seorang senior Garut, yaitu Presidium KAHMI (Korsp Alumni HMI Garut, Dedi Jamaludin. Dalam tulisannya yang juga di terima Kaberehnews.online
Dedi menerangkan bahwa perilaku kader saat ini terpengaruhi dengan pemahaman NDP yang tidak utuh.
“Memakai simbol agama lain, tidak bisa dimaknai sederhana sebagai perwujudan toleransi, atau sekedar ‘gaya gayaan’. Karena simbol itu merupakan manifestasi dari sebuah keyakinan,” paparnya dalam keterangan tulisan tersebut.
“Tanda bahwa pemahaman, dan pengamalan ke Islaman kader HMI mengamali penurunan, sehingga hal-hal dasar dari sebuah keyakinan /keimanan gagal paham,” lanjutnya.
Dengan kejadian ini, menurutnya, menjadi evaluasi tersendiri bagi kader HMI. Mengingat HMI memiliki citra dalam sejarah perkembangan Indonesia.
Terutama, di wilayah ajaran keyakinan pada proses perkaderan HMI. Dalam hal ini, materi NDP (Nilai Dasar Perjuangan) secara substansi perlu diperdalam kembali oleh setiap kader HMI.
“Kader yang pemahaman ke-Islaman-nya masih dasar (baca Al Quran belum bisa, pemahaman dasar keislaman tidak menguasai) maka secara bertahap berikan materi Ke Islaman yang sesuai,” tuturnya.
“Menjadi masalah, ngaji saja tidak bisa, pemahaman ke Islaman belum kuat, tiba-tiba didekonstruksi maka yang terjadi penyimpangan seperti video anak HMI Bandung,” tandas Dedi. (Redaksi)
Posting Komentar